Pada tanggal 27 Mei 2020, Program Studi S1 Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, Departemen Sosial Eknonomi Pertanian menyalurkan bantuan set budikdamber (budidaya ikan dalam ember) sejumlah 105 unit dan perangkat irigasi tetes pada Asosiasi Petani Sayur Kota Yogyakarta, yang diwakili oleh Ir. Susilowati Priadi. Program pengabdian kepada masyarakat yang tahun ini merupakan kolaborasi antara Prodi S1 Ekonomi Pertanian dan Agribisnis dengan ketua program pengabdian Dr. Ir. Lestari Rahayu Waluyati, M.P., dan Prodi Magister Manajemen Agribisnis yang dengan ketua program pengabdian Dr. Hani Perwitasari, S.P., M.Sc. merupakan program rutin yang diinisiasi oleh Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Penyerahan alat diwakili oleh Prof. Dr. Ir.Irham dan Arif Wahyu Widada, S.P., .M.Sc.
Merespon adanya status pandemi Covid-19 yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) bulan Maret lalu, program pengabdian tahun ini berfokus pada wilayah Kota Yogyakarta. Masyakarakat perkotaan merupakan salah satu elemen masyarakat yang cukup terdampak dengan adanya penetapan status pandemi ini. Pembatasan sosial dan fisik tentu saja mengubah sebagian besar kegiatan mayoritas masyarakat, termasuk kegiatan dalam mencukupi kebutuhan pangan sehari-hari.
Pangan merupakan kebutuhan hidup dasar yang kebutuhannya selalu kontinyu. Oleh karena itu, ketersediaan pangan menjadi salah satu unsur utama untuk membentuk ketahanan pangan rumah tangga. Bercocok tanam secara mandiri di rumah merupakan salah satu solusi yang dapat ditempuh sebagai salah satu upaya penyangga pangan rumah tangga. Problem yang dihadapi oleh masyarakat perkotaan adalah sempitnya lahan yang dimiliki untuk memulai bercocok tanam. Oleh karena itu, sistem urban farming yang identik dengan pertanian lahan sempit hadir sebagai solusi.
Adanya set budikdamber dinilai sebagai salah satu inovasi yang bermanfaat di masa pandemi ini. Set budikdamber merupakan suatu alat yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk memelihara ikan dan sayuran dalam satu wadah. Ikan yang lazim dibudidayakan dengan set budikdamber adalah ikan lele. Program Studi S1 Ekonomi Pertanian dan Agribisnis berkolaborasi dengan Program Studi Magister Manajemen Agribisnis memberikan set budikdamber dengan kelengkapan berupa: set budidaya, bibit lele sejumlah 100 ekor, pakan lele 2 kilogram, dan benih kangkung. Harapannya, ikan lele dapat dipanen segera dalam waktu 2 hingga 3 bulan dan kangkung dapat dipaneh dalam hitungan minggu. Dengan demikian, kebutuhan pangan dan gizi masyarakat dapat tercukupi dari halaman sendiri. Selain set budikdamber, adapun perangkat irigasi tetes dibutuhkan untuk tanaman sayuran dan buah-buahan dalam pot. Atu set irigasi tetes mampu mengairi hingga 60 pot. Inovasi irigasi tetes ini juga sesuai dengan aktivitas masyarakat perkotaan yang di masa normal memiliki kesibukan di luar rumah.
Pemberian bantuan ini terus dipantau dari hari ke hari untuk mengetahui seberapa jauh pemanfaatan alat urban farming ini oleh masyarakat. Beberapa kendala memang muncul di lapangan misalnya adanya mortalitas lele dalam batas yang wajar. Antusiasme warga masyarakat yang menerima bantuan program ini cukup tinggi. Menurut informasi dari Ir. Susilowati Priadi yang juga penyuluh program urban farming, masyarakat tidak hanya akan mendapatkan manfaat dari panen set budikdamber, tetapi saat ini dengan adanya aktivitas memelihara ikan dan sayuran di rumah sendiri, masyarakat dapat teralihkan secara emosional dari tekanan-tekanan pandemi. Bagaimanapun juga, adanya COVID-19 telah menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran tersendiri di masyarakat. Di samping mendapatkan manfaat secara fisik berupa panen ikan lele dan sayuran, di lain sisi adanya aktivitas urban farming telah memberikan terapi stress bagi masyarakat.
Ada harapan besar agar semangat masyarakat untuk menggiatkan urban farming dapat terus terjaga di masa depan meskipun status pandemi telah berakhir. Kebutuhan pangan yang tidak akan pernah berhenti, serta terbatasnya lahan perkotaan menjadi latar belakang yang mampu mendukung kreativitas dan kemamuan warga untuk mandiri dalam pengan melalui kegiatan urban farming. Begitu juga peran Program Studi S1 Ekonomi Pertanian, Magister Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, dan Universitas Gadjah Mada di tengah masyarakat luas harus konsisten mengabdi meski pandemi.