Event festival kuliner yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UGM pada tanggal 27-28 April 2019 yang bertempat di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri UGM ini telah memasuki edisi keempat. Pada tahun ini dengan mengusung tema “Kuliner sebagai Warisan Budaya Nusantara” Jogjajanan 2019 menghadirkan total 32 tenant makanan yang terdiri dari tenant makanan tradisional dan modern. Selain festival kuliner, Jogjajanan 2019 juga dimeriahkan dengan acara-acara hiburan seperti pasar dan galeri pertanian, workshop tentang kopi, terrarium, dan ecoprinting, perlombaan kesenian seperti lomba band, tari, serta ig photo contest, dan ditutup oleh konser musik yang diisi oleh Fourtwnty, Nadin Amizah (Cakecaine), The Kandang, Nawaetnika serta pengisi acara lainnya. Pada Jogjajanan 2019 total ada sekitar 2700 pengunjung menikmati seluruh rangkaian acara yang disajikan pihak panitia. Terimakasih atas segala pihak yang membantu dalam kesuksesan acara Jogjajanan 2019 dan sampai jumpa pada Jogjajanan 2020 … See ya !!
2019
Agricultural Socioeconomics Week merupakan acara talkshow kewirausahaan yang masuk ke dalam rangkaian acara Jogjajanan 2019. Acara ini diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Gadjah Mada dengan tema ” Be Creative in Your Passion and Build Your Business ” diselenggarakan pada 21 Oktober 2018 bertempat di Auditorium MMA Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UGM. Pada kesempatan ini pihak panitia mengundang beberapa wirausahawan muda seperti Tia Ristiana Dewi yang saat ini memiliki kedudukan sebagai Chief Marketing Officer Zare.id, Federico Junior Herlianto sebagai Kepala Operasional Koma Cheese Tea, dan Hassan Imaduddin sebagai CEO sebuah platform penjualan tiket Ivenframe. Acara ini berjalan dengan cukup meriah dan antuasisme peserta talkshow juga cukup baik. Terima kasih kami ucapkan kepada para peserta talkshow dan pihak-pihak membantu untuk menyukseskan acara ini.
Tim Fakultas Pertanian UGM yang terdiri dari Dr. Sri Sulandari, Nasih Widya Yuwono, M.P., dan Erlina Ambarwati, M.P memberikan penyuluhan Pengelolaan sampah rumah tangga sebagai pupuk cair dan pemanfaatannya untuk budidaya dan mencegah organisme penganggu aneka tanaman. Peserta yang terdari perwakilan dari Perumahan Jambusari Indah, Perumahan Minomartani, dan Perumahan Condongcatur, Sleman Diy dengan antusias mengikuti acara yang diisi dengan ceramah dan praktek pembuatan pupuk cair. Sri Sulandari selaku koordinator tim mengatakan bahwa sampah sampai saat ini merupakan permasalahan di banyak perumahan. Padahal kalau dikelola dengan baik, sampah-sampah organik masih dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk kompos yang dapat diberikan kepada tanaman agar tumbuh secara baik dan sehat. Pembuatan pupuk cair yang berasal dari limbah rumah tangga dijelaskan oleh Nasih dengan menggunakan peralatan yang sederhana yang mudah didapatkan dan murah. Metode yang dikembangkan adalah ember tumpuk yakni pembuatan pupuk cair dengan menggunakan ember atau tong plastik yang disusun bertingkat. Pupuk cair yang dihasilkan tersebut dapat dimanfaatkan untuk budidaya tanaman hortikultura di pekarangan rumah. Tanaman-tanaman yang dapat dimanfaatkan dan cara budidayanya dijelaskan oleh Erlina. (foto: Ndari & narasi: Apik)
Alumni Kagama Pertanian Angkatan 1969 Fakultas Pertanian UGM mengadakan reuni emas (50 tahun) pada tanggal 27-28 April 2019 di Kampus Fakultas Pertanian Lama di Sekip (sekarang digunakan untuk Sekolah Vokasi) dan di Gedung Pusat UGM serta malam ramah tamah di salah satu kediaman alumni. Sebanyak 85 orang alumni dari berbagai tempat hadir. Acara dimulai dengan nostalgia di Kampus Fakultas Pertanian Lama di Sekip, malam ramah tamah dan dilanjutkan dengan olahraga bersama di seputaran Gedung Pusat UGM. Prof. Achmadi Priyatmojo selaku Sekjen Kagama Pertanian mewakili Pengurus Pusat Kagama Pertanian menyampaikan ucapan selamat reuni emas yang merupakan reuni yang sangat spesial karena selama 50 tahun dapat terus menjalin silaturahmi dna mengabdi pada negara. Sumangsih para alumni baik yang masih bekerja maupun yang sudah pensiun tetap diharapkan untuk kemajuan almamater. (foto & narasi: Apik)
Kebutuhan pangan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan meningkatnya populasi penduduk. Pada sisi yang lain upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian sudah banyak dilakukan dengan berbagai program oleh pemerintah. Namun demikian berbagai kendala muncul dalam rangka peningkatan produksi tanaman pangan tersebut. Salah satu kendala yang sangat signifikan dalam mengurangi produksi pertanian adalah adanya organisme pengganggu tanaman (OPT). Hal itu dikatakan oleh Dr. Tri Martini Patria, Kepala Bidang Informasi dan Jaringan Laboratorium, Balai Besar PPMB-TPH (Pengembangan dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan & Hortikultura), Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, pada saat memberikan kuliah umum di hadapan dosen dan mahasiswa Fakultas Pertanian UGM pada tanggal 26 April 2019 di Auditorium Prof. Ir. Harjono Danoesastro. Lebih lanjut Tri Martini yang juga merupakan alumni S3 Fakultas Pertanian UGM menerangkan bahwa perubahan iklim global dan perdagangan bebas secara langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan OPT. Oleh karenanya, semua cara pengelolaan OPT harus diintegrasikan agar dapat menjamin perlindungan tanaman terhadap OPT secara optimum. Acara kuliah umum diisi dengan sesi diskusi dan diakhiri dengan penyerahan sertifikat oleh Dr. Witjaksono selaku Ketua Departemen HPT, Fakultas Pertanian UGM kepada Tri Martini Patria. (foto & narasi: Apik)
Kelapa sawit beberapa dekade ini merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan dan banyak diekspor ke luar negeri. Produk turunan kelapa sawit sangat beragam baik untuk bahan makanan, kosmetika, kesehatan, maupun biodisel. Joko Supriyono, Wakil Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari dan menjabat juga sebagai Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), memberikan kuliah umum di hadapan dosen dan mahasiswa Fakultas Pertanian UGM pada tanggal 23 April 2019 di Auditorium Prof. Ir. Harjono Danoesastro. Joko menjelaskan bahwa tantangan industri perkebunan kelapa sawit ini dewasa ini cukup banyak antara lain adalah ancaman penghentian penggunaan bahan yang berasal dari kelapa sawit yang banyak dipelopori oleh negara-negara Eropa dan isu kelestarian lingkungan. Upaya peningkatan produksi kelapa sawit di level petani perlu terus digalakkan karena masih ada peluang untuk meningkatkan sampai dengan 35%. Tantangan lainnya adalah bagaimana menghasilkan benih kelapa sawit yang berproduksi tinggi, tahan terhadap OPT, dan tahan kekeringan dalam skala yang besar. Presicion dan mechanical agriculture merupakan salah satu peluang untuk mengatasi permasalahan tenaga kerja di industri perkebunan kelapa sawit. Acara kuliah umum diakhiri dengan sesi diskusi. (foto & narasi: Apik)